Nama: Asmarani Shabrina
NPM: 11512212
Kelas: 3 PA 08
Mata Kuliah: Psikologi Manajemen
Sekilas tentang Blue Bird Group
Dari taksi, kontainer hingga alat berat, Blue Bird Group adalah kelompok usaha yang melayani segala kebutuhan transportasi Anda. Bagi banyak warga Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia, Blue Bird Group bukan hanya sekadar perusahaan taksi tapi menjadi bagian dari gaya hidup.
Jika New York terkenal dengan yellow taxi dan London dengan black cab, maka Jakarta dengan Blue Bird : armada taksi biru yang selalu menghiasi jalan-jalan Ibukota yang sibuk setiap waktu.
Bemula dari hanya 25 taksi di tahun 1972, kini armada Blue Bird Group telah mencapai 28,904 kendaraan yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia. Kini layanan Blue Bird Group dapat dinikmati termasuk Jakarta dan sekitarnya, Bali, Bandung, Banten, Batam, Lombok, Manado, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Semarang, Solo, Surabaya dan Yogyakarta. Juga di jantung pusat bisnis dan tujuan wisata di seluruh negeri.
Melayani lebih dari 8,5 juta penumpang setiap bulannya, Blue Bird Group telah memperluas jenis layanannya, mulai dari taksi eksekutif (Silver bird), layanan limousine dan penyewaan mobil (Golden bird), bus carter (Big bird), Logistik (Iron Bird Logistic), Industri (Restu Ibu Pusaka-Karoseri bus & Pusaka Niaga Indonesia), Properti (Holiday Resort Lombok & Pusaka Bumi Mutiara), Layanan Pendukung (Hermis Consulting-IT SAP, Pusaka Integrasi Mandiri-EDC, Pusaka GPS, Pusaka Buana Utama-SPBU) dan Alat Berat (Pusaka Andalan Perkasa & Pusaka Bumi Transportasi).
Sebagian dari keberhasilan ini berkat kemampuan kami menjaga kualitas pelayanan selama bertahun-tahun. Strategi penempatan armada serta kemudahan mendapatkannya, misalnya, telah membuat Blue Bird Group meraih predikat sebagai mitra transportasi yang handal dan terpercaya.
Visi
‘Menjadi Perusahaan yang mampu bertahan dan mengedepankan kualitas untuk memastikan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi para stakeholder’
Misi
‘Tujuan kita adalah tercapainya kepuasan pelanggan, dan mengembangkan serta mempertahankan diri sebagai pemimpin pasar di setiap kategori yang kita masuki. Dalam transportasi darat, kita menyediakan layanan yang handal, dan berkualitas tinggi dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan kita melakukannya sebagai satu tim yang utuh.’
CEO PT. Blue Bird Group
Dr. H. Purnomo Prawiro
Mengelola Blue Bird Group laksana memimpin armada besar yang berawakkan 32.000 orang. Dengan demikian kepaduan visi, misi, dan pengertian menjadi hal yang lebih penting. Sebagai sebuah perusahaan, kami didorong dari dalam dan luar untuk terus bertumbuh. Keluarga besar kami yang terdiri dari para pengemudi dan staf bertekad menjaga kepuasaan pelanggan untuk jangka panjang dengan senantiasa menjaga mutu layanan dan memfokuskan perhatian. Hal yang hanya bisa dilakukan lewat komunikasi yang efektif, infrastuktur yang padu, serta sistem tarif dan reservasi yang baik. Selama bertahun-tahun taksi Blue Bird telah berupaya menyajikan layanan berbeda antara lain pesanan lewat telefon, pengembalian barang yang tertinggal, serta pusat layanan pelanggan. Merupakan harapan terbesar kami untuk terus menghargai pelanggan; untuk itu kami pun menyajikan perangkat teknologi mutakhir yang dapat senantiasa menciptakan layanan aman dan nyaman bagi pelanggan.
Artikel mengenai Dr. H. Purnomo Prawiro
VIVAnews – Blue Bird Group, nama ini begitu menonjol dalam bisnis taksi di Indonesia. Khususnya di ibukota Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, Blue Bird telah berkembang menjadi perusahaan transportasi darat terkemuka.
Bahkan, sangat sulit dibantah, di antara berbagai merek taksi yang beredar di wilayah Jakarta dan sekitarnya, diferensiasi taksi Blue Bird tampak begitu menonjol.
Diferensiasi itu bukan saja pada sistem IT, database management dan sistem renumerisasi mereka yang baik. Selain itu, dalam hal service, pengemudi Blue Bird juga terkenal lebih baik dan sopan ketimbang supir-supir taksi merek lain.
Pertanyaannya, siapakah sosok dibalik perusahaan taksi yang didirikan sejak 38 tahun silam tersebut?
Dialah Purnomo Prawiro. Dia adalah orang terpenting dibalik perusahaan taksi yang memiliki belasan ribu armada. Dalam CEO Speak yang digelar oleh Binus Business School, Selasa, 9 Agustus 2010, Purnomo Prawiro bercerita bagaimana siasatnya mengelola perusahaan taksi yang melibatkan 20 ribu pengemudi tersebut.
“Proses utama yang harus dilakukan sebelum memberikan service kepada pelanggan adalah peranan dari manusia di perusahaan, khususnya para pengemudi,” kata dia dalam keterangan yang diterima VIVAnews.
Kemudian, kata dia, berlanjut pada infrastruktur dan sistem manajemen. Sebagai atasan yang membawahi ribuan karyawan, ia berusaha memberikan contoh baik kepada bawahannya.
“Tak perlu susah-susah, cukup memberi ucapan “Selamat pagi” atau “Bagaimana hari ini?” kepada bawahan ketika berpapasan,” kata dia.
Seiring perjalanan waktu, slogan “Andal” pun mereka luncurkan. Andal merupakan akronim dari: Aman, Nyaman, Mudah dan Personalize. Jadi, service-nya berkembang. Tidak lagi sekadar mengemban tugas mengantarkan pelanggan dari satu titik ke titik yang lain, tapi disesuaikan dengan permintaan pelanggan.
Slogan “Andal” dijadikan pedoman Blue Bird dalam memberikan service kepada pelanggan. Sang CEO juga berusaha memberikan contoh yang baik kepada bawahannya.
Dia menekankan slogan Andal harus diaplikasikan oleh karyawan Blue Bird di semua tingkatan. Dari atasan hingga back office dan frontliners yang langsung berhubungan dengan pelanggan. Jika semua karyawan—khususnya pengemudi—merasa nyaman dalam bekerja, maka hal ini akan berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Purnomo mengatakan visi melayani yang diterapkan mengacu pada sistem top-down. Artinya, service yang baik harus dimulai pada tingkatan atas yang kemudian berlanjut ke bawah.
Praktisnya, kata dia, pemimpin harus memberikan contoh kepada bawahannya: bagaimana memberikan pelayanan yang baik. “Harapannya, bawahan pun melakukan hal yang sama kepada pelanggan Blue Bird,” kata dia.
Kali ini, Binus Business School memilih Purnomo sebagai pembicara lantaran sebagai CEO, dia memiliki gaya kepemimpinan spesial, baik dalam membentuk budaya perusahaan, mengantisipasi perubahan, menggiatkan inovasi dan memaksimalkan sumber dayanya.
“Melalui tangan dingin CEO perusahaan dapat menempatkan perusahaan di posisi teratas dalam bisnis bahkan dapat dikenal di kancah internasional,” kata Firdaus Alamsjah, Executive Dean Binus Business School. Kami ingin mendapatkan words of wisdom dari praktisi dan CEO-nya.
PURNOMO PRAWIRO: BLUE BIRD BESAR KARENA PENDEKATAN MANUSIAWI (1)
Siapa hari ini yang tak kenal dengan armada taksi Blue Bird? Taksi Burung Biru ini boleh dibilang saat ini merajai jalanan Ibukota maupun kota-kota besar lain di Indonesia. Tentu akan sangat menarik bisa membedah rahasia kesuksesan Blue Bird Group hingga bisa sebesar sekarang.
Beruntung Fadjar Adrianto, Happy Fajrian, dan fotografer Sufri Yuliardi dari Warta Ekonomi memperoleh kesempatan mewawancarai Purnomo Prawiro, CEO Blue Bird Group, guna mengurai sejarah kesuksesan Blue Bird Group sedari awal dan juga rencana bisnisnya ke depan. Berikut petikan wawancara mereka di ruang kerja Purnomo di kantor pusat Blue Bird, Jakarta. Walaupun wawancara sudah berlangsung beberapa bulan yang lalu, tapi masih banyak business wisdom yang didapat.
Pelajaran penting apa yang Anda peroleh dalam memimpin organisasi bisnis keluarga sebesar Blue Bird Group?
Background saya dari keluarga akademis. Ayah (alm. Djoko Soetono) dan ibu saya seumur hidupnya diabdikan untuk kegiatan akademis. Karena waktu mereka diabdikan untuk pendidikan dan sangat jujur, dari segi uang dan waktu, terus terang kehidupan kami sangat sederhana. Setelah ayah saya meninggal tahun 1965, kami mendapat peninggalan 2 mobil, satu dari polisi dan satu dari angkatan darat. Dengan modal itulah, maka pada tahun 1965 kami mulai bisnis dengan 2 mobil sebagai taksi gelap.
Ketika itu belum ada taksi meter. Yang kami lakukan ketika itu adalah kami mendekati hotel-hotel kecil di Jakarta untuk memperoleh order penumpang dari tamu-tamu hotel dan memberi komisi kepada bagian resepsionis hotel. Kami terima order dengan menerima telepon dari hotel-hotel itu untuk mengantar tamu hotel, seringnya ke bandara Kemayoran. Di bandara Kemayoran pun saya pernah menjadi calo taksi gelap. Itu cukup lama dan ketika itu kami tidak hanya untuk mencari uang jajan, tapi benar-benar untuk mencari nafkah untuk keluarga. Karena penghasilan dari taksi gelap tidak tetap, saya juga mencari tambahan dengan menjadi calo karcis bioskop-bioskop di Jakarta.
Intinya, orang yang dalam keadaan sangat terdesak, pasti akan berpikir dia harus melakukan sesuatu, apapun itu. Kalau hidupnya enak, justru tidak berpikir apa-apa. Lihat saja kehidupan orang Amerika atau Eropa yang terlalu enak hidupnya sehingga tidak siap melakukan sesuatu ketika menghadapi krisis.
Bagaimana kiat mengelola 30.000 lebih karyawan Blue Bird Group sekarang?
Sekarang pengemudi kami sebanyak 20.000 lebih. Tentu tidak mudah mengelola orang sebanyak itu. Untuk itu, kami harus bisa merasakan apa yang dirasa para pengemudi itu. Jadi, kalau tidak pernah jadi pengemudi, dia tidak akan bisa merasakan apa yang dirasakan pengemudi itu. Macam-macam hal yang kami lakukan untuk mengelola mereka. Misalnya juga jangan menegur pengemudi di malam hari bila ia dinilai melakukan kesalahan. Ia tentu sudah capai bekerja seharian sehingga tidak bijak bila kemudian ditegur malam harinya.
Kemudian saya terapkan Blue Bird Peduli, kami berikan beasiswa Rp2 miliar lebih untuk lebih dari 1.000 orang pengemudi. Moto kita disini adalah kami semua sama. Kami menganut servant leadership, semua atasan disini harus melayani anak buahnya. Kalau mereka mengalami kesulitan, pimpinan harus turut menyelesaikan.
Kami juga coba hilangkan jarak antara atasan dengan bawahan. Lihat saja ruang kerja saya yang terbuka dan langsung bisa dilihat dari luar, sementara sekretaris ada di ruangan lain. Kami tidak mau membangun ruang kerja direksi yang mewah dan tertutup karena itu akan memperlebar jarak antara direksi dan karyawan.
Kami memimpin lebih dari 30.000 karyawan yang tidak homogen dengan aneka macam latar belakang. Karena mereka bekerja di lapangan, kontak dengan mereka tentu jarang sekali. Maka, harus ada rasa kekeluargaan untuk mengurangi jarak antara karyawan dengan atasan. Disinilah pentingnya personal touch lewat program Blue Bird Peduli.
Program yang lain adalah kami memberi pengobatan gratis kepada para pengemudi, termasuk dokter jantung. Kami juga ada program peminjaman sepeda motor. Ada pula program haji yang setiap tahun ada 8 orang yang kami berangkatkan. Ini akan diberangkatkan lebih banyak lagi. Intinya, kami harus dekat dengan mereka. Jadi, dalam mengelola perusahaan, selain manajemen harus oke dan mempunyai target-target, dan key performance indicator, tidak boleh dilupakan pendekatan yang baik kepada bawahan. Kalau ada bawahan yang mengalami musibah seperti meninggal atau melakukan perkawinan, kami usahakan datang. Mesti ada perhatian
karena mereka adalah manusia. Menurut saya, itu kunci sukses kami.
Di lain pihak, kami juga akan bersikap keras bila ada karyawan yang tidak jujur. Misalnya, kalau ada barang penumpang ketinggalan, tidak boleh diambil, tetapi harus dikembalikan. Kami tidak menjebak mereka, tetapi selalu kami tegaskan kepada mereka bahwa jangan melakukan kecurangan karena pasti kami tindak. Sampai-sampai orang luar negeri heran di Indonesia ketinggalan handphone di taksi bisa kembali, sementara di banyak negara itu tidak mungkin kembali.
Kiat Anda untuk membuat keputusan yang tepat dan bijak untuk perusahaan?
Saya menganut aliran demokrasi. Sehingga, kadang-kadang saya dianggap terlalu lean sehingga keputusan dibuat terlalu lama. Akan tetapi, bagi saya adalah tidak pernah keputusan itu datang dari langit. Setiap keputusan yang saya buat itu dibicarakan secara matang dengan seluruh karyawan dan pengemudi. Seperti keputusan yang menyangkut perubahan tarif argo dan komisi, semua pengemudi diajak bicara. Semua hal secara detil diberitahukan. Kami juga berkomunikasi intensif dengan Serikat Pekerja, termasuk mengenai filosofi perusahaan. Jadi, sebelum keputusan dibuat, sudah disetujui oleh semua pihak. Karena mereka sebelumnya sudah paham filosofi perusahaan.
Perusahaan dan pimpinan harus memperhatikan kepentingan karyawan dan di sisi lain, karyawan harus memperhatikan kepentingan perusahaan. Karena kami itu mitra, kami saling butuh. Jadi, semua pihak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Hubungannya memang harus partnership, harus ada demokrasi, setiap kali ada keputusan, harus ada sosialisasinya. Mungkin lebih lama, tetapi lebih mantap karena mereka mengerti sebab-sebabnya. Saya tidak yakin walau seseorang telah menguasai ilmu manajemen dengan kuat sebelum menjadi pengusaha atau eksekutif kemudian bisa sukses bila diharuskan memimpin orang sedemikian banyak seperti di bisnis taksi ini. Disinilah pentingnya faktor human touch. Ia juga harus terus-menerus memberikan pelatihan kepada karyawan agar mereka tetap terkontrol.
Bagaimana cara Anda mengembangkan bisnis Blue Bird Group?
Kami harus terus menyesuaikan dengan keadaan. Perubahan yang paling pesat adalah elektronik dan komputerisasi. Tujuan komputerisasi bukan untuk mengurangi jumlah orang, tapi agar lebih terkontrol. Di ruang operasi pusat, order diberikan secara elektronik kepada pengemudi. Kini pemesanan taksi kami bisa dilakukan dari Blackberry, iPhone dan Android.
Orang bisa pesan taksi kami tanpa harus berbicara dengan operator kami, tetapi lewat menu yang ada di smartphone-nya dan bisa mendeteksi kedatangan taksi, yang sudah diberitahu nomer lambung taksinya, ke lokasi pemesan lewat peta elektronik di smartphone mereka. Bahkan, beberapa bulan lagi kami akan meluncurkan layanan yang penumpang bisa menelpon taksi yang mereka pesan karena setiap taksi kami sebenarnya ada telponnya.
Teknologi mutlak diperlukan, tanpa teknologi perusahaan ini tidak akan jalan. Jadi, kami harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Kedua, manajemen juga harus berubah karena itu. Walaupun, terus terang, saya merasa kehilangan kedekatan dengan pengemudi seiring dengan semakin besarnya perusahaan. Namun, saya tetap berusaha mengurangi jarak dengan karyawan. Pintu ruangan saya tidak pernah saya tutup. Kalau tutup, berarti saya sudah pulang.
Selain itu, pimpinan itu harus menjadi suri tauladan. Kita tidak bisa mengatakan harus jujur dan kerja keras, kalau kita sendiri tidak jujur dan bekerja keras. Kita tidak bisa mengatakan harus dekat dengan pengemudi, kalau kita sendiri sombong. Itu yang berat karena kita harus menjadi contoh, sementara kalau membangun sistem seperti sistem informasi, bisa dilakukan orang lain. Kita juga harus bisa menunjukkan empati atau merasakan apa yang dirasakan karyawan walau itu kadang-kadang memakan perasaan kita sendiri. Selama bisa kita bantu, akan kita bantu. Misalnya kalau ada pengemudi sakit berat, kami akan mengirim dokter perusahaan untuk membantu.
Jadi, untuk menangani orang yang begitu banyak, harus seimbang antara sistem manajemen yang kuat dengan pendekatan kekeluargaan. Soal sistem pengawasan operasional kami di seluruh Indonesia, kami memiliki sistem software back office yang terintegrasi. Misalnya, kami bisa tahu setiap saat taksi mana saja yang keluar dari pool kami di Bali. Lewat sistem itu pula kami bisa tahu konduite setiap pengemudi kami yang ada di Bali. Teknologi mutlak digunakan sekarang, baik untuk pembuatan keputusan maupun analisis. Kalau tidak ada teknologi, usaha kami bisa mati. Jadi, selain manajemen dan HRD harus kuat, harus ditopang pula dengan teknologi.
Analisis
Berdasarkan profil, visi, dan misinya, PT. Blue Bird Group merupakan sebuah perusahaan taksi terbesar di Indonesia yang memiliki manajemen perusahaan yang baik. Sistem IT yang kian canggih, membuat pelanggan tidak hanya dapat memesan taksi lewat telepon, namun sekarang para pelanggan juga dapat memesan taksi lewat aplikasi yang ada di smartphone pelanggan agar memudahkan para pelanggannya. Dalam hal service juga para pengemudi Blue Bird terkenal lebih baik dan lebih sopan dibanding perusahaan taksi lain.
Berhasilnya suatu perusahaan sangat bergantung pada bagaimana cara seorang pemimpin memanajemen sumber daya manusianya. Dari berbagai artikel diatas, Dr. H. Purnomo Prawiro selaku CEO dari PT. Blue Bird Group adalah sosok pemimpin yang sangat pantas dikatakan sebagai pemimpin yang berhasil. Pucuk pimpinan yang kuat terbentuk dengan dua syarat utama. Yaitu yang pertama adalah adanya figur pemimpin yang berani, berkarakter, visioner, dan tulus hati. Maksudnya, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani mengambil keputusan secara tegas jika menyangkut nasib karyawannya. Yang kedua adalah adanya jarak yang tidak berarti antara pemimpin dan bawahannya.
Kemudian, didalam artikel tersebut Purnomo Prawiro juga menegaskan bahwa mereka manganut servant leadership. Servant leadership dikemukakan oleh Robert K. Greenleaf pada tahun 1970 dan menyatakan bahwa servant leader menjadi pemimpin dimulai dari perasaan alami bahwa seorang pemimpin ingin membantu, tujuan pertama kali seorang pemimpin adalah untuk membantu. Servant leadership adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Esensi dari model kepemimpinan ini adalah melayani yang dipimpin, baik karyawan, konstituen, pelanggan, atau masyarakat luas.
Purnomo Prawiro adalah seorang pemimpin yang sangat sesuai dengan beberapa ciri-ciri kepemimpinan yang ada. Yang pertama adalah, ia mampu menjadi seorang pendengar yang baik. Hal itu terlihat dari upayanya untuk memanggil dokter jantung dan memberi pengobatan gratis. Ia juga memberi contoh yang baik kepada karyawannya dengan cara menjadi seorang yang ramah dengan siapa saja saat dikantor. Ia berharap sifat ramahnya tersebut dapat karyawan praktekkan pada pelanggan. Selain itu, ia juga menggunakan peristiwa khusus untuk memotivasi karyawan-karyawannya agar menjadi lebih baik. Ia menyediakan program haji bagi para karyawannya yang dianggap memenuhi standar untuk mendapatkan hadiah ini.
Hingga saat ini, menurut saya, PT. Blue Bird Group adalah sebuah perusahaan jasa taksi terbaik dari sisi service maupun manajemennya di Indonesia. Jadi, suatu perusahaan dikatakan baik dan berhasil jika manajemen dan model kepemimpinannya baik.
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, Minto. 2013. Psikologi Industri. Jakarta: Akademia.
http://www.bluebirdgroup.com/
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/170171-siasat-ceo-blue-bird–si-raja-taksi-indonesia
http://wartaekonomi.co.id/berita3899/purnomo-prawiro-blue-bird-besar-karena-pendekatan-manusiawi-1.html
http://elmurobbie.wordpress.com/2012/11/16/alternatif-kepemimpinan-kontemporer-servant-leadership/